Hipertensi (HTN) atau tekanan darah tinggi, kadang-kadang disebut juga dengan hipertensi arteri, adalah kondisi medis
kronis dengan tekanan darah
di arteri
meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari
biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Tekanan darah
melibatkan dua pengukuran, sistolik dan diastolik, tergantung apakah otot
jantung berkontraksi (sistole) atau berelaksasi di antara denyut (diastole).
Tekanan darah normal pada saat istirahat adalah dalam kisaran sistolik (bacaan
atas) 100–140 mmHg dan diastolik (bacaan bawah) 60–90 mmHg. Tekanan
darah tinggi terjadi bila terus-menerus berada pada 140/90 mmHg atau
lebih.
Hipertensi
terbagi menjadi hipertensi primer (esensial)
atau hipertensi sekunder.
Sekitar 90–95% kasus tergolong "hipertensi primer", yang berarti
tekanan darah tinggi tanpa penyebab medis yang jelas.[1]
Kondisi lain yang mempengaruhi ginjal, arteri, jantung, atau sistem endokrin
menyebabkan 5-10% kasus lainnya (hipertensi sekunder).
Hipertensi
adalah faktor resiko utama untuk stroke, infark
miokard (serangan jantung), gagal jantung,
aneurisma arteri (misalnya
aneurisma aorta), penyakit
arteri perifer, dan penyebab penyakit ginjal kronik.
Bahkan peningkatan sedang tekanan darah arteri terkait dengan harapan hidup
yang lebih pendek. Perubahan pola makan dan gaya hidup dapat memperbaiki
kontrol tekanan darah dan mengurangi resiko terkait komplikasi kesehatan.
Meskipun demikian, obat seringkali diperlukan pada sebagian orang bila
perubahan gaya hidup saja terbukti tidak efektif atau tidak cukup.
Klasifikasi
Klasifikasi (JNC7)[2]
|
Tekanan sistolik
|
Tekanan diastolik
|
||
mmHg
|
kPa
|
|||
Normal
|
90–119
|
12–15,9
|
60–79
|
8,0–10,5
|
Pra-hipertensi
|
120–139
|
16,0–18,5
|
80–89
|
10,7–11,9
|
Hipertensi Derajat 1
|
140–159
|
18,7–21,2
|
90–99
|
12,0–13,2
|
Hipertensi Derajat 2
|
≥160
|
≥21,3
|
≥100
|
≥13,3
|
≥140
|
≥18,7
|
<90
|
<12,0
|
Dewasa
Pada orang
berusia 18 tahun ke atas, hipertensi didefinisikan sebagai pengukuran tekanan
darah sistolik dan/atau diastolik yang terus-menerus melebihi nilai normal yang
dapat diterima (saat ini sistolik 139 mmHg, diastolik 89 mmHg: lihat
tabel — Klasifikasi (JNC7)). Bila pengukuran diperoleh dari pemantauan
ambulatori 24 jam atau pemantauan di rumah, digunakan batasan yang lebih rendah
(sistolik 135 mmHg atau diastolik 85 mmHg). Beberapa pedoman
internasional terbaru tentang hipertensi juga telah membuat kategori di bawah
kisaran hipertensi untuk menunjukkan risiko menggunakan istilah pra-hipertensi
untuk tekanan darah dalam kisaran sistolik 120–139 mmHg dan/atau diastolik
80–89 mmHg, sedangkan Pedoman ESH-ESC (2007) dan BHS IV (2004) menggunakan kategori optimal, normal, dan
normal tinggi untuk membagi tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan
diastolik di bawah 90 mmHg. Hipertensi juga digolongkan lagi sebagai
berikut: JNC7 membedakan hipertensi derajat I, hipertensi derajat II, dan
hipertensi sistolik terisolasi. Hipertensi sistolik terisolasi mengacu pada
peningkatan tekanan sistolik dengan tekanan diastolik normal dan umumnya
terjadi pada kelompok usia lanjut.[2]
Pedoman ESH-ESC (2007)[4]
dan BHS IV (2004),[5]
mendefinisikan hipertensi derajat ketiga (derajat III) untuk orang dengan
tekanan darah sistolik di atas 179 mmHg atau tekanan diastolik di atas
109 mmHg. Hipertensi tergolong “resisten” bila [[Obat farmasi|obat-obatan]
tidak mengurangi tekanan darah menjadi normal.[2]
Neonatus dan bayi
Hipertensi
pada neonatus jarang terjadi,
dan hanya terjadi pada sekitar 0,2 sampai 3% neonatus. Tekanan darah tidak
diukur secara rutin pada bayi baru lahir yang sehat. Hipertensi lebih umum
terjadi pada bayi baru lahir berisiko tinggi. Berbagai faktor, seperti usia gestasi, usia
pascakonsepsi, dan berat badan lahir perlu
dipertimbangkan ketika memutuskan apakah tekanan darah termasuk normal pada
neonatus.
Anak dan remaja
Hipertensi
cukup umum terjadi pada anak dan remaja (2–9% bergantung pada usia, jenis
kelamin, dan etnisitas) dan dikaitkan dengan risiko jangka panjang mengalami
kesehatan yang buruk. Rekomendasi saat ini adalah agar anak di atas usia tiga
tahun diperiksa tekanan darahnya kapanpun mereka melakukan kunjungan atau
pemeriksaan rutin. Tekanan darah tinggi baru dipastikan setelah kunjungan
berulang sebelum menyatakan seorang anak mengalami hipertensi. Tekanan darah
meningkat seiring usia pada masa kanak-kanak, dan pada anak, hipertensi
didefinisikan sebagai rerata tekanan darah sistolik dan diastolik yang pada
tiga atau lebih waktu yang berbeda, sama dengan atau lebih tinggi dari
persentil ke-95 yang sesuai untuk jenis kelamin, usia, dan tinggi badan anak.
Pra-hipertensi pada anak didefinisikan sebagai rerata tekanan darah sistolik
dan diastolik yang lebih besar atau sama dengan persentil ke-90, tapi lebih
kecil dari persentil ke-95. Pada remaja, diusulkan bahwa hipertensi dan
pra-hipertensi didiagnosis dan digolongkan dengan menggunakan kriteria dewasa.
Tanda dan Gejala
Hipertensi
jarang menunjukkan gejala, dan pengenalannya biasanya melalui skrining, atau saat
mencari penanganan medis untuk masalah kesehatan yang tidak berkaitan. Beberapa
orang dengan tekanan darah tinggi melaporkan sakit kepala
(terutama di bagian belakang kepala dan pada pagi hari), serta pusing, vertigo,
tinitus
(dengung atau desis di dalam telinga), gangguan penglihatan atau pingsan.
Pada pemeriksaan
fisik, hipertensi juga dicurigai ketika terdeteksi adanya retinopati hipertensi pada
pemeriksaan fundus optik di belakang
mata dengan menggunakan oftalmoskop. Biasanya beratnya perubahan
retinopati hipertensi dibagi atas tingkat I-IV, walaupun jenis yang lebih
ringan mungkin sulit dibedakan antara satu dan lainnya. Hasil oftalmoskopi juga
dapat memberi petunjuk berapa lama seseorang telah mengalami hipertensi.
Hipertensi sekunder
Beberapa
tanda dan gejala tambahan dapat menunjukkan hipertensi sekunder, yaitu
hipertensi akibat penyebab yang jelas seperti penyakit ginjal atau penyakit endokrin.
Contohnya, obesitas pada dada dan perut, intoleransi glukosa, wajah bulat
seperti bulan (moon facies), "punuk kerbau" (buffalo
hump), dan striae ungu menandakan Sindrom
Cushing. Penyakit tiroid dan akromegali juga dapat
menyebabkan hipertensi dan mempunyai gejala dan tanda yang khas. Bising perut mungkin
mengindikasikan stenosis
arteri renalis (penyempitan arteri yang mengedarkan darah ke
ginjal). Berkurangnya tekanan darah di kaki atau lambatnya atau hilangnya denyut arteri
femoralis mungkin menandakan koarktasio aorta
(penyempitan aorta sesaat setelah meninggalkan jantung). Hipertensi yang sangat
bervariasi dengan sakit kepala, palpitasi, pucat, dan berkeringat harus segera
menimbulkan kecurigaan ke arah feokromositoma.
Krisis hipertensi
Peningkatan
tekanan darah yang sangat tinggi (sistolik lebih atau sama dengan 180 atau
diastolik lebih atau sama dengan 110, kadang disebut hipertensi maligna atau
akselerasi) sering disebut sebagai "krisis hipertensi." Tekanan darah
di atas tingkat ini memiliki risiko yang tinggi untuk terjadinya komplikasi.
Orang dengan tekanan darah pada kisaran ini mungkin tidak memiliki gejala,
tetapi lebih cenderung melaporkan sakit kepala (22% dari kasus) dan pusing
dibandingkan dengan populasi umum. Gejala lain krisis hipertensi mencakup
berkurangnya penglihatan atau sesak napas karena gagal jantung atau rasa lesu karena gagal ginjal. Kebanyakan orang
dengan krisis hipertensi diketahui memiliki tekanan darah tinggi, tetapi pemicu
tambahan mungkin menyebabkan peningkatan secara tiba-tiba.[13]
"Hipertensi
emergensi", sebelumnya disebut sebagai "hipertensi maligna",
terjadi saat terdapat bukti kerusakan langsung pada satu organ atau lebih
sebagai akibat meningkatnya tekanan darah. Kerusakan ini bisa mencakup ensefalopati
hipertensi, disebabkan oleh pembengkakan dan gangguan fungsi otak,
dan ditandai oleh sakit kepala dan gangguan kesadaran
(kebingungan atau rasa kantuk). Papiledema retina dan perdarahan fundus serta eksudat adalah tanda lain
kerusakan organ target. Nyeri dada dapat merupakan
tanda kerusakan otot jantung (yang bisa berlanjut menjadi serangan
jantung) atau kadang diseksi aorta, robeknya
dinding dalam aorta.
Sesak napas, batuk, dan ekspektorasi dahak bernoda darah adalah ciri khas edema paru.
Kondisi ini adalah pembengkakan jaringan paru akibat gagal ventrikel kiri,
ketidakmampuan ventrikel kiri jantung
untuk memompa cukup darah dari paru-paru ke sistem arteri. Penurunan fungsi
ginjal secara cepat (cedera ginjal akut/acute kidney injury) dan anemia
hemolitik mikroangiopati (penghancuran sel-sel darah) juga mungkin
terjadi. Pada situasi ini, harus dilakukan penurunan tekanan darah secara cepat
untuk menghentikan kerusakan organ yang sedang terjadi. Sebaliknya, tidak ada
bukti bahwa tekanan darah perlu diturunkan secara cepat dalam keadaan
hipertensi emergensi bila tidak ada bukti kerusakan organ target. Penurunan
tekanan darah yang terlalu agresif bukan berarti tidak ada risiko. Penggunaan
obat-obatan oral untuk menurunkan tekanan darah secara bertahap selama 24
sampai 48 jam dianjurkan dalam kedaruratan hipertensi.
Kehamilan
Hipertensi
atau tekanan darah tinggi terjadi pada sekitar 8-10% kehamilan.[11]
Kebanyakan wanita hamil yang mengalami hipertensi memiliki kondisi hipertensi
primer yang sudah ada sebelumnya. Tekanan darah tinggi dalam kehamilan dapat
merupakan tanda awal dari pre-eklampsia, suatu
kondisi serius yang muncul setelah melewati pertengahan masa kehamilan, dan
dalam beberapa minggu setelah melahirkan.[11]
Diagnosa preeklampsia termasuk peningkatan tekanan darah dan adanya protein di
dalam urin.[11]
Preeklampsia muncul pada sekitar 5% kehamilan dan bertanggung jawab atas
sekitar 16% dari semua kematian ibu secara
global.[11]
Preeklampsia juga menyebabkan risiko kematian bayi meningkat hingga dua kali
lipat.[11]
Biasanya preeklampsia tidak menunjukkan gejala dan keadaan ini terdeteksi pada
pemeriksaan rutin. Bila terjadi preeklampsia, gejala yang paling umum adalah
sakit kepala, gangguan penglihatan (sering dalam bentuk “kilatan cahaya”),
muntah, nyeri epigastrium, dan edema (bengkak). Terkadang
preeklampsia bisa berkembang menjadi kondisi yang mengancam nyawa yang disebut eklampsia. Eklampsia
adalah suatu hipertensi emergensi dan
menyebabkan beberapa komplikasi berat, seperti hilangnya penglihatan,
pembengkakan otak, kejang tonik-klonik atau konvulsi,
gagal ginjal,
edema paru,
dan koagulasi
intravaskular diseminata (gangguan pembekuan darah).
Bayi dan anak
Gagal tumbuh, kejang, iritabilitas, kurang energi,
dan kesulitan
bernafas bisa dikaitkan dengan hipertensi pada bayi baru lahir dan
bayi usia muda. Pada bayi yang lebih besar dan anak, hipertensi bisa
menyebabkan sakit kepala, iritabilitas tanpa penyebab yang jelas, lesu, gagal tumbuh, pandangan kabur, mimisan,
dan kelumpuhan wajah.
Penyebab
Hipertensi primer
Hipertensi
primer (esensial) adalah jenis hipertensi yang paling umum, meliputi sebanyak
90–95% dari seluruh kasus hipertensi. Dalam hampir semua masyarakat
kontemporer, tekanan darah meningkat seiring penuaan
dan risiko untuk menjadi hipertensi di kemudian hari cukup tinggi. Hipertensi
diakibatkan oleh interaksi gen yang kompleks dan faktor lingkungan. Berbagai
gen yang sering ditemukan sedikit berpengaruh pada tekanan darah, sudah
diidentifikasi, demikian juga beberapa gen yang jarang yang berpengaruh besar
pada tekanan darah tetapi dasar genetik
dari hipertensi masih belum sepenuhnya dimengerti. Beberapa faktor lingkungan
mempengaruhi tekanan darah. Faktor gaya hidup yang menurunkan tekanan darah di
antaranya mengurangi asupan garam dalam makanan, meningkatkan konsumsi buah-buahan dan
produk rendah lemak (Pendekatan Diet untuk Menghentikan Hipertensi (diet DASH)). Olah Raga,
penurunan berat badan dan
menurunkan asupan alkohol juga membantu menurunkan tekanan darah.[26]
Kemungkinan peranan faktor lain seperti stres, [24]
konsumsi kafein,[27]
dan defisiensi Vitamin D[28]
kurang begitu jelas. Resistensi insulin, yang
umum ditemukan pada obesitas dan merupakan komponen dari sindrom X
(atau sindrom metabolik), juga diduga ikut berperan
dalam mengakibatkan hipertensi.[29]
Studi terbaru juga memasukkan kejadian-kejadian pada awal kehidupan (contohnya,
berat lahir rendah, ibu
merokok, dan kurangnya air susu ibu) sebagai faktor risiko bagi
hipertensi esensial dewasa.[30]
Namun, mekanisme yang menghubungkan paparan ini dengan hipertensi dewasa tetap
tidak jelas.[30]
Hipertensi Sekunder
Hipertensi
sekunder terjadi akibat suatu penyebab yang diketahui. Penyakit ginjal adalah
penyebab sekunder tersering dari hipertensi.[11]
Hipertensi juga bisa disebabkan oleh kondisi endokrin, seperti sindrom
Cushing, hipertiroidisme, hipotiroidisme,
akromegali, sindrom Conn atau hiperaldosteronisme, hiperparatiroidisme, dan feokromositoma.[11][31]
Penyebab lain dari hipertensi sekunder di antaranya obesitas,
henti nafas saat tidur,
kehamilan,
koarktasio aorta, konsumsi
akar manis (licorice) yang
berlebihan, serta obat resep, obat herbal, dan obat-obat terlarang.[11][32]
Patofisiologi
Suatu
diagram yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan arteri
Bagi
kebanyakan orang dengan hipertensi esensial (primer), peningkatan resistensi
terhadap aliran darah (resistensi
perifer total) bertanggung jawab atas tekanan yang tinggi itu
sementara curah jantung tetap
normal.[33]
Ada bukti bahwa beberapa orang muda yang menderita prahipertensi atau
“hipertensi perbatasan” memiliki curah jantung yang tinggi, denyut jantung
meningkat, dan resistensi perifer yang normal. Kondisi ini disebut sebagai
hipertensi perbatasan hiperkinetik .[34]
Para penderita ini mengembangkan fitur yang khas dari hipertensi esensial tetap
di kemudian hari saat curah jantung menurun dan resistensi perifer meningkat
seiring bertambahnya usia.[34]
Masih diperdebatkan apakah pola ini biasa dialami oleh semua orang yang pada
akhirnya mengalami hipertensi.[35]
Peningkatan resistensi perifer pada hipertensi tetap terutama disebabkan oleh
penyempitan struktur arteri dan arteriol kecil.[36]
Penurunan jumlah atau kepadatan pembuluh kapiler juga bisa ikut berperan dalam
resistensi perifer. [37]
Hipertensi juga dikaitkan dengan penurunan kelenturan vena perifer,[38]
yang bisa meningkatkan venous return (volume darah yang kembali ke jantung),
meningkatkan preload jantung, dan
akhirnya menyebabkan disfungsi diastolik. Masih
belum jelas apakah peningkatan konstriksi aktif pembuluh darah memegang peranan
dalam hipertensi esensial.[39]
Tekanan nadi (perbedaan
antara tekanan darah sistolik dan diastolik) sering meningkat pada orang lanjut
usia dengan hipertensi. Pada keadaan ini dapat terjadi tekanan sistolik sangat
tinggi di atas normal, tetapi tekanan diastolik mungkin normal atau rendah.
Kondisi ini disebut hipertensi
sistolik terisolasi.[40]
Tekanan nadi yang tinggi pada orang lanjut usia dengan hipertensi atau
hipertensi sistolik terisolasi disebabkan karena peningkatan kekakuan arteri, yang
biasanya menyertai penuaan dan dapat diperberat oleh tekanan darah tinggi.[41]
Banyak
mekanisme yang sudah diajukan sebagai penyebab peningkatan resistensi yang
ditemukan dalam sistem arteri pada hipertensi. Sebagian besar bukti menunjukkan
keterlibatan salah satu atau kedua penyebab beriku:
- Gangguan dalam penanganan garam dan air pada ginjal, khususnya gangguan sistem renin-angiotensin intrarenal[42]
- Abnormalitas sistem saraf simpatis[43]
Mekanisme
tersebut tidak berdiri sendiri dan tampaknya keduanya ikut berperan sampai
batas tertentu dalam kebanyakan kasus hipertensi esensial. Juga diduga bahwa disfungsi endotel
(gangguan fungsi dinding pembuluh darah) dan peradangan
vaskular juga ikut berperan dalam meningkatkan resistensi perifer dan kerusakan
pembuluh darah pada hipertensi.[44][45]
Diagnosis
Pemeriksaan yang dilakukan pada hipertensi
|
|
Sistem
|
Pemeriksaan
|
Glukosa darah puasa,
kolesterol total, kolesterol HDL
dan LDL,
trigliserida
|
|
Lain-lain
|
|
Diagnosis
hipertensi ditegakkan saat pasien menderita tekanan darah tinggi secara
persisten. Biasanya,[3]
untuk menegakkan diagnosis diperlukan tiga kali pengukuran sfigmomanometer yang
berbeda dengan interval satu bulan.[52]
Pemeriksaan awal pasien dengan hipertensi mencakup anamnesis dan pemeriksaan
fisik lengkap. Dengan tersedianya pemantauan tekanan darah
ambulatori 24 jam dan alat pengukur tekanan darah di rumah, demi
menghindari kekeliruan diagnosis pada pasien dengan hipertensi white coat
(jenis hipertensi yang disebabkan oleh stres saat bertemu dokter atau berada
dalam suasana medis) telah dihasilkan suatu perubahan protokol. Di Inggris,
praktik terbaik yang dianjurkan saat ini adalah dengan melakukan follow-up satu
kali hasil pengukuran tekanan darah yang tinggi di klinik dengan pengukuran
ambulatori. Follow-up juga dapat dilakukan, walaupun kurang ideal, dengan
memonitor tekanan darah di rumah selama kurun waktu tujuh hari.[3]
Sekali
diagnosis telah ditegakkan, dokter berusaha mengindentifikasi penyebabnya
berdasarkan faktor risiko dan gejala lainnya, bila ada. Hipertensi sekunder lebih
sering ditemukan pada anak usia prapubertas dan sebagian besar kasus disebabkan
oleh penyakit ginjal.
Hipertensi primer atau esensial lebih umum pada orang dewasa dan memiliki
berbagai faktor risiko, di antaranya obesitas dan riwayat hipertensi dalam
keluarga.[53]Pemeriksaan
laboratorium juga dapat dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab
hipertensi sekunder, dan untuk menentukan apakah hipertensi menyebabkan
kerusakan pada jantung, mata, dan ginjal. Pemeriksaan tambahan untuk diabetes
dan kadar kolesterol tinggi
dilakukan karena kondisi ini merupakan faktor risiko terjadinya penyakit
jantung dan mungkin memerlukan penanganan.[1]
Kadar kreatinin
darah diukur untuk menilai adanya gangguan ginjal, yang mungkin merupakan
penyebab atau akibat dari hipertensi. Kadar kreatinin darah saja dapat
memberikan dugaan yang terlalu tinggi untuk laju filtrasi
glomerulus. Panduan terkini menganjurkan penggunaan rumus prediktif
seperti formula Modification
of Diet in Renal Disease (MDRD) untuk memperkirakan laju filtrasi
glomerulus (eGFR).[54]
eGFR juga dapat memberikan nilai awal/dasar fungsi ginjal yang dapat digunakan
untuk memonitor efek samping obat antihipertensi tertentu pada fungsi ginjal.
Pemeriksaan protein pada sampel urin digunakan juga sebagai
indikator sekunder penyakit ginjal. Pemeriksaan Elektrokardiogram
(EKG/ECG) dilakukan untuk memeriksa tanda-tanda adanya beban yang berlebihan
pada jantung akibat tekanan darah tinggi. Pemeriksaan ini juga dapat
menunjukkan adanya penebalan dinding jantung (hipertrofi
ventrikel kiri) atau tanda bahwa jantung pernah mengalami gangguan
ringan seperti serangan jantung tanpa gejala (silent heart attack). Pemeriksaan
foto Röntgen dada atau ekokardiogram juga dapat
dilakukan untuk melihat tanda pembesaran atau kerusakan pada jantung. [11]
Pencegahan
Cukup banyak
orang yang mengalami hipertensi tetapi tidak menyadarinya.[55]
Diperlukan tindakan yang mencakup seluruh populasi untuk mengurangi akibat
tekanan darah tinggi dan meminimalkan kebutuhan terapi dengan obat
antihipertensi. Dianjurkan perubahan gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah,
sebelum memulai terapi obat. Pedoman British Hypertension Society 2004 [55]
mengajukan perubahan gaya hidup yang konsisten dengan pedoman dari US National
High BP Education Program tahun 2002[56]untuk
pencegahan utama bagi hipertensi sebagai berikut:
- Menjaga berat badan normal (misalnya, indeks massa tubuh 20–25 kg/m2).
- Mengurangi asupan diet yang mengandung natrium sampai <100 mmol/ hari (<6 g natrium klorida atau <2,4 g natrium per hari).
- Melakukan aktivitas fisik aerobik secara teratur, misalnya jalan cepat (≥30 menit per hari, pada hampir setiap hari dalam seminggu).
- Batasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 3 unit/hari pada laki-laki dan tidak lebih dari 2 unit/hari pada perempuan.
- Mengonsumsi makanan yang kaya buah dan sayuran (misalnya, sedikitnya lima porsi per hari).
Perubahan
gaya hidup yang efektif dapat menurunkan tekanan darah setara dengan
masing-masing obat antihipertensi. Kombinasi dari dua atau lebih perubahan gaya
hidup dapat memberikan hasil lebih baik.[55]
Penatalaksanaan hipertensi
Penatalaksanaan
hipertensi dibedakan menjadi dua. Pada hipertensi ringan tanpa faktor resiko
atau kerusakan organ, penatalaksanaannya adalah dengan perubahan gaya hidup dan
memantau pasien selama 6-12 bulan. Pada hipertensi berat yang disertai dengan
faktor resiko dan kerusakan organ, penatalaksanaannya menggunakan terapi
farmakologi (obat). [57]
Perubahan Gaya Hidup
Penanganan
tipe pertama untuk hipertensi identik dengan menganjurkan perubahan gaya hidup
yang bersifat pencegahan[58]
dan meliputi perubahan diet[59],
olah raga, dan penurunan berat badan. Semua perubahan ini telah terbukti
menurunkan tekanan darah secara bermakna pada orang dengan hipertensi.[60]
Jika hipertensi cukup tinggi dan memerlukan pemberian obat segera, perubahan
gaya hidup tetap disarankan. Berbagai program diiklankan dapat mengurangi
hipertensi dan dirancang untuk mengurangi tekanan psikologis misalnya biofeedback, relaksasi,
atau meditasi. Namun, secara umum belum ada penelitian yang secara ilmiah
mendukung efektivitas program ini, karena penelitian yang ada masih berkualitas
rendah.[61][62][63]
Perubahan
asupan diet seperti diet rendah natrium sangat
bermanfaat. Diet rendah natrium jangka panjang (lebih dari 4 minggu) pada Kaukasia efektif
menurunkan tekanan darah, baik pada penderita hipertensi maupun pada orang
dengan tekanan darah normal.[64]
Selain itu, diet DASH, suatu diet kaya
kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, unggas, buah, dan sayuran, yang
dipromosikan oleh National
Heart, Lung, and Blood Institute, menurunkan tekanan darah.
Keistimewaan utama dari program ini adalah membatasi asupan natrium,
namun demikian diet ini kaya [kalium]], magnesium,
kalsium,
dan protein.